Dra. Wiharti Lesnani atau yang biasa dipanggil Ibu Wiharti adalah salah satu guru Kimia di MAN 4 Jakarta yang lahir di Yogyakarta, 10 Mei 1964. Beliau menamatkan pendidikan dasarnya di SD Keputran I Yogyakarta pada tahun 1976. Pada tahun 1980 Wiharti muda menamatkan Pendidikan tingkat mengengah pertamanya di SMPN 2 Yogyakarta. Setelahnya, beliau melanjutkan pendidikannya di SMA Budya Wacana 2 Yogyakarta namun ijazah SMAnya diperoleh dari SMAN 3 Yogyakarta tepat pada tahun 1983. Tak berhenti sampai di situ, Bu Wirhati pun berhasil mendapatkan gelar sarjana di IKIP FPMIPA Kimia Karang Malang Yogyakarta (sekarang UNY) pada tahun 1989.
Tepat setelah tamat kuliah, beliau mulai terjun dalam dunia pendidikan dengan mengajar privat pada tahun 1990–2010. Tidak hanya di satu tempat, beliau juga pernah mengajar di berbagai sekolah, seperti Bimbel Aprilia dan Sony Sugema College pada tahun 1992–1997, SMA PGRI Jakarta Barat pada tahun 1993–1995, MAN 3 Jakarta Pusat sebagai guru honorer pada tahun 1995–1997, SMAN 111 Jakarta Utara pada tahun 1996 juga sebagai guru honorer, dan berakhir MAN 4 Jakarta Selatan pada tahun 1998–sekarang. Di MAN 4 Jakarta inilah Ibu guru Wiharti mendapatkan SK PNS-nya. Selama di MAN 4 Jakarta beliau mengampu dua mata pelajaran yaitu Kimia dan PKWU (Prakarya dan Kewirausahaan) di kelas XI dan XII IPS.
Pada awalnya, Ibu Wihati bercita-cita ingin menjadi dokter. Namun, lambat-laun ia mengubur dalam-dalam cita-citanya karena ketakutannya pada jarum suntik. Takdir lalu menuntunnya untuk menjadi guru. Bagi Ibu Wiharti, profesi seorang guru sangatlah mulia, meski berpenghasilan kecil beliau yakin akan keberkahan rizki dari mengajar. Dengan menjadi guru, beliau berharap dapat mempermudah jalannya menuju ke surga.
Ibu Wiharti adalah sosok guru yangsangat unik, ia seperti artis yang bermain peran supaya muridnya pintar.
Genap sudah 26 tahun Ibu Wiharti mengajar di MAN 4 Jakarta. Sebagai guru yang dikenal tegas, tak jarang Ibu Wiharti bersenda gurau dengan para murid ataupun teman sejawat. Beliau beranggapan bahwa karakter ketegasan beliau dalam mengajar ialah demi kebaikan murid-muridnya supaya lebih berdisiplin dan paham apa arti pembelajaran yang sesungguhnya.
Tentunya banyak suka dan duka yang beliau hadapi. Melalui hal tersebut, terciptalah beragam kenangan yang mewarnai pengabdian beliau menjadi guru.
Pesan beliau, jika ingin sukses maka hargailah orang yang lebih tua dan jangan sekali-kali melawan orang yang sedang marah karena orang yang sedang marah elektron di dalam darahnya sedang tereksitasi. (Sel-V)