Oleh: Lisnur Azizah ~


Berbekalah dengan ketaqwaan karena kita tidak pernah tahu apabila gelap gulita malam datang, masih bisakah kita menatap sang fajar esok hari?“ Sosialisasi dalam kehidupan tidak terlepas dengan adanya komunikasi berdasarkan kesapakatan, perjanjian juga negosiasi. Perjanjian dan kesepakan adalah suatu aktivitas yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mendapatkan keuntungan di antar kedua belah pihak. Berbeda dengan negosiasi istilah ini muncul untuk membantu dua orang atau lebih yang menginginkan keuntungan berbeda, tergantung dari sudut pandang pembuat kesepakatan.

Berawal minimya contoh teks materi negosiasi penulis mencoba menciptaka terobosan baru tentang teks negosiasi yang tidak hanya dalam aktifitas jual beli namun ternyata bisa masyarakat ditemukan dalam sirah nabawi dan kisah-kisah para sahabat juga peristiwa sejarah Islam yang termuat dalam Alquran. Karena alasan itulah tulisan ini bertajuk “Negosiasi dalam Alquran”.

Jujur, penulis bukanlah orang yang menguasi ilmu tentang bagaimana memahami Alquran melaui tafsir dan terjemahan, tulisan ini mecoba menampilkan sesuatu yang berbeda dan tidak “mainstream” menurut bahasa kekinian tentang sesuatu yang biasa. Penulis mencoba mengangkat kembali peristiwa-peristiwa apa saja dalam Alquran yang bisa diangkat menjadi materi ajar di sekolah.

Ternyata jika digali secara mendalam Alquran banyak memberi inspirasi yang dapat membantu dan memudahkan para guru yang merasa kekurangan untuk mendapatkan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku sekarang ini. “Negosiasi dalam Alquran” merupakan awal, membuka cakrawala baru dalam mengisi dan memanfaatkan isi teks yang ada. Insyaallah dengan izin-Nya penulis akan mencoba menghadirkan pula materi ajar yang berhubungan dengan materi-materi dalam kurikulum pada Alquranul Karim.

Penulis berharap setiap jengkal teks dan terjemahan yang berkaitan denagn negosiasi pada tips ini dampat membangkitan pendidikan karakter siswa Indonesia dengan memahami bahwa negosiasi yang baik itu tidak hanya terjadi di masa kini namun dipraktikan pula sejak hadirnya manusia di muka bumi.

Beberapa contoh teks negosiasi yang termuat dalam Al quran tentunya merupakan kisah-kisah yang sebelumnya pernah diketahui oleh para pembaca, namun para pendidk dapat mencoba menampilkan kembali dengan pola yang berbeda.

Negosiasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain. Pengertian tersebut adalah pengertian pertama sedangkan pengertian yang kedua dari negosiasi adalah penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang bersengkata.

Materi negosiasi yang terdapat dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas X tingkat SMA/MA, menginginkan kompetensi dasar siswa yang mampu menjalin komunikasi di tengah masyarakat sesuai prosedur yang berlaku dengan etika yang baik. Pemahaman masyarakat tentang negosiasi bisa jadi berbeda-beda, begitu pula yang akan terjadi pada persepsi siswa di sekolah. Contoh-contoh negosiasi yang dihadirkan dalam beberapa sumber tentunya berusaha menghadirkan persepsi sama tentang apa itu negosiasi yang sebenarnya, paling tidak negosiasi yang dimaksud bisa sesuai dengan pemahaman mendasar siswa. Selain itu para siswa yang nota benenya siswa madrasaah pada khususnya dapat memanfaatkan moment pembelajaran materi negosiasi ini sambil menggali tafsir al quran dan dapat berkolaborasi dengan mapel keagamaan yaitu Al quran dan hadits.

Beberapa judul teks negosiasi dalam sumber bacaan lain masih minim merujuk pada terjemahan dan tafsir Alquran yang memuat kisah-kisah hikmah. Teks negosiasi yang dihadirkan dalam al quran ini tentunya kisah atau peristiwa berisi teks negosiasi yang dilakukan beberapa nabi dan sahabat, yang tentunya kesepakatan yang terjadi terlihat tidak memaksa justru sungguh santun.

Dilihat dari kacamata negosiasi yang ideal, sebenarnya hasil yang diperoleh dari kesepakatan itu sendiri tidaklah terlihat seperti hal yag menguntungkan secara dominan, melainkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh si pembuat kesepakatan.

Contoh negosiasi yang “mainstream“ adalah transaksi jual beli dalam proses tawar menawar. Bila dilihat dari kacamata pembeli setelah proses tawar menawar, pembeli seolah-olah merupakan orang yang paling berhasil dalam negosiasi. Jika harga barang yang ditawarkan bergesar pada titik terendah, dan sebaliknya penjual seolah menjadi orang yang paling menderita jika barang yang dijualnya akan berpindah tangan dengan harga yang tidak sesuai dengan penawaran. Persepsi negosiasi tersebut tidak selamanya benar. Mengapa tidak benar? karena tujuan negosiasi itu sendiri adalah mencapai situasi saling menguntungkan dan tidak ada yang dirugikan walupun terlihat berbeda, dalam negosiasi yang dilakukan, hasil kesepakatannya tidak harus menghasilkan kualitas nilai yang sama.

Apapun hasil negosiasi yang tercipta, hal paling utama bagi pendidikan adalah berusaha melakukan interaksi sosial tersebut dengan ketentuan yang sesuai prosedur di antaranya, menggunakan bahasa yang santun, kesepakan yang dihasilkan tidak merugikan kedua belah pihak, bersifat menerima argumen dari pihak mitra dan melaksanakan hasil kesepakatan dengan ikhlas.

Semoga pemilihan ide ini sedikitnya bisa membantu para pendidik dan peserta didik dalam menemukan contoh teks negosiasi, tanpa harus bersusah payah mencari teks negosiasi di buku yang berbeda-beda. Dengan keberadaan kisah-kisah negosiasi dari tajuk “Negosiasi dalam Alquran“ insyaallah bermanfaat. Penulis coba tampilkan salah satu contoh teks negosiasi dalam Al quran yang diambil dari salah satu kisah nabi Isa yang tentu sudah penulis sadur menjadi satu teks sesuai struktur teks negosiasi berikut kutipannya

Diplomasi Isa Kepada Tuhannya

Mendengar nama Isa tentu tidak jauh dari gelar Almasih dan ibundanya Mariam. Sesungguhnya kisah Almasih tidak hanya berisi tentang usaha beliau menaklukkan umatnya Bani Israil. Banyak kisah yang mengingatkan peristiwa kehidupan Isa tentang diangkatnya ke langit sampai pada peristiwa negosiasi Nabi Isa kepada Tuhan, yang dilakukan sebagai bentuk pembelaan Nabi Isa kepada umatnya dan dirinya sendiri.

Peristiwa diplomasi Nabi Isa ini termuat dalam Surat Almaidah ayat 116-118. Terjemahan ayat tersebut adalah sebagai berikut, “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?” Isa menjawab, “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.”

“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu’, dan adalah

Aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.”

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Percakapan Nabi Isa dengan Tuhannya dalam terjemahan Surat Almaidah tersebut, mungkin terlihat biasa saja. Apalagi untuk beberapa orang yang hanya sekilas membaca terjemahan. Sebenarnya diplomasi seorang hamba kepada Tuhannya sungguh luar biasa, bagaimana Allah SWT memberi kesempatan kepada orang kepercayaannya untuk memberi klarifikasi atas apa yang dilakukan umatnya di dunia.

Menjelang kiamat kelak Allah SWT akan memanggil para Nabi beserta umatnya masing-masing. Salah satu Nabi yang akan dipanggil saat itu adalah Nabi Isa AS. Dimulailah dialog penuh kekuatan super dahsyat ini saat Allah SWT bertanya, “Hai Isa putra Maryam apakah benar kamu memproklamirkan, bahwa Dirimu dan Mariyam ibumu sebagai Tuhan selain Allah SWT?” mendengar pertanyaan Allah SWT yang memang murka sehingga malaikat merinding ketakukan. Dengan Kesantunan tinggi yang dimiliki Nabi Isa, Dia mencoba menjawab pertanyaan Allah SWT karena sesungguhnya Isa sangat memehami bagaimana murkanya Allah SWT kepada umatnya. Menjawablah Isa, “Mahasuci Engkau ya Tuhanku tidak mustahak aku mengatakan yang bukan hakku, jika pun aku berani mengatakannya tentulah
Engkau lebih mengetahui dibandingkan hamba-Mu yang lemah ini, Isa pun manambahkan klarifikasinya “Rabbana… Engkau mengetahui apa yang ada di hatiku apatah daya diri yang lemah ini tak sedikitpun mengetahui apa yang ada dalam hati-Mu karena sesungguhnya Engkaulah lah yang maha tahu perkara yang ghaib.”

Diplomasi mulai terlihat ketika ayat selanjutnya Nabi Isa memintakan ampun atas apa yang dilakukan umatnya seraya menyatakan bahwa siksa yang diturunkan kepada umatnya jelas hak Allah namun dengan santun kembali Nabi Isa memberi pernyataan pembelaannya bahwa Allah pemberi taufik dan rahmat maka jika Allah meberikan pengampunan maka akan berefek umatnya semaikin lebih dekat kepada Allah SWT.

Dalam kehidupan sehari-hari negosiasi dan diplomasi seringkali terjadi. Tentu hal yang berbeda jika negosiasi yang dilakukan itu adalah antara Nabi dan Tuhannya, terlihat begitu santun tidak memaksakan kehendak. Namun hasil dari negosiasi anatara Isa AS dan Allah SWT tentang kondisi umatnya kelak yang termaktub dalam Surat Almaidah ayat 116-118 tentu tidak akan kita jumpai sekarang sekarang ini. Apapun hasil dari negosiasi tersebut hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui, Wallahu a’lam


Profil Penulis