Jakarta Selatan – Qinta Berliana Valfini, M.Ag., salah satu Pembina Asrama Putri MAN 4 Jakarta Selatan berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan menjadi salah satu pembicara dalam forum internasional bergengsi AICIS+ (Annual International Conference on Islamic Studies Plus) 2025. Ini merupakan pengalaman pertamanya tampil di panggung akademik internasional yang diikuti oleh lebih dari 230 presenter dari 30 negara. Dari total 2.434 abstrak yang dikirimkan dari 31 negara, karya ilmiah Qinta berhasil lolos seleksi dan dipresentasikan di hadapan para profesor, peneliti, dan akademisi lintas disiplin ilmu.
Dalam kesempatan tersebut, Qinta mempresentasikan makalah berjudul “Sustainable Energy Transition in a Tafsīr Maqāṣidī Perspective: A Study of Tafsīr al-Manār and al-Taḥrīr wa al-Tanwīr.” Penelitian ini mengkaji bagaimana nilai-nilai keagamaan dan bahasa Al-Qur’an dapat dijadikan dasar konseptual dalam memahami transisi menuju energi terbarukan yang berkelanjutan. Menurut Qinta, pendekatan Tafsīr Maqāṣidī mampu menjembatani pemahaman antara teks keagamaan dengan realitas kontemporer, termasuk kebijakan energi yang berpihak pada kemaslahatan umat dan kelestarian bumi.
Sebagai akademisi muda, Qinta mengaku sangat terhormat dan bahagia dapat berpartisipasi dalam ajang internasional sekelas AICIS+. Baginya, forum ini merupakan wadah penting untuk mempertemukan gagasan progresif dunia Islam sekaligus memperluas jejaring intelektual lintas negara. Melalui kegiatan ini, ia merasa mendapat banyak inspirasi dan pandangan baru tentang peran keilmuan Islam dalam merespons isu-isu global, terutama di bidang lingkungan dan keberlanjutan energi.

Dalam perjalanan penelitiannya, Qinta menyebut bagian paling menantang adalah menyusun kerangka maqāṣidī agar relevan dengan isu energi terbarukan. Ia harus menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara kontekstual dan memastikan bahwa pendekatan teoretisnya tidak keluar dari prinsip-prinsip syariat. Namun, di sisi lain, ia juga merasakan kebahagiaan mendalam saat menemukan relevansi kuat antara teks suci dan agenda keberlanjutan modern, termasuk saat merumuskan rekomendasi kebijakan energi yang bernilai ekologis dan spiritual sekaligus.
Salah satu momen paling berkesan bagi Qinta selama mengikuti AICIS+ 2025 adalah ketika ide-idenya mendapat sambutan positif dari profesor dan akademisi internasional, termasuk perwakilan dari Kedutaan Besar Bangladesh. Mereka menilai pendekatan yang ia kembangkan merupakan konsep inovatif yang layak diterapkan untuk mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Dukungan tersebut semakin memantapkan keyakinan Qinta bahwa integrasi antara ilmu agama dan sains modern merupakan langkah penting menuju peradaban Islam yang adaptif dan visioner.
Selain itu, Qinta juga berkesempatan berdialog langsung dengan Prof. Abdul Mustaqim, tokoh yang dikenal sebagai penggagas metodologi Tafsīr Maqāṣidī di Indonesia. Diskusi tersebut menjadi pengalaman berharga baginya karena membuka wawasan baru tentang bagaimana tafsir yang berorientasi pada tujuan syariat dapat dijadikan fondasi teoretis untuk menjawab isu-isu global. Ia menilai, interaksi dengan para pakar lintas negara membuatnya semakin yakin bahwa dunia akademik Islam tengah bergerak menuju integrasi ilmu yang lebih holistik dan aplikatif.
Bagi Qinta, keikutsertaannya dalam AICIS+ bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga bentuk kontribusi nyata dalam mengangkat perspektif Islam terhadap tantangan global. Ia berharap, hasil penelitiannya dapat menjadi inspirasi bagi para akademisi dan pembuat kebijakan untuk merumuskan solusi energi yang tidak hanya efisien secara teknis, tetapi juga berakar pada nilai-nilai keadilan dan keberlanjutan sebagaimana diajarkan dalam Islam.
Menutup perbincangan, Qinta menyampaikan pesan khusus untuk para murid MAN 4 Jakarta Selatan, “Jangan pernah berhenti belajar dan bermimpi, karena ilmu bisa membawa kita ke ruang-ruang yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Teruslah membaca, menulis, dan berani menyuarakan gagasan untuk dunia. Siapa tahu, berikutnya giliranmu yang berada di forum besar itu,” tuturnya dengan semangat. Pesan tersebut menjadi penutup inspiratif dari perjalanan intelektual seorang Qinta Berliana Valfini yang kini mengharumkan nama Indonesia di kancah akademik internasional.