MAN 4 Jakarta Selatan (06/11/2024) – Memasuki hari kedua pertukarang pelajar para peserta Japan Student Exchange MAN 4 Jakarta berangkat dari rjmah orang tua asuh mereka. Mereka ke sekolah diantar langsung oleh orang tua asuh dengan menaiki kendaraan pribadi atau bus sekolah (04/11/2024).
Pada hari kedua tersebut seluruh peserta JSE diajak untuk menaiki gunung Haguro. Sepanjang perjalanan yang kurang lebih memakan waktu satu setengah jam tersebut kepala yayasan Kunori Gakuen, Kunori Hiroshi, menceritakan sejarah gunung Haguro.
Sesampai di kaki gunung seluruh siswa turun dari busa dan menaiki anak tangga yang berjumlah 2446 untuk bisa sampai di puncak gunung. Sementara itu rombongan pendamping yang terdiri dari Kepala Madrasah, guru dan orang tua siswa MAN 4 Jakarta menaiki bus.
Di puncak gunung Haguro terdapat banyak peninggalan sejarah seperti kuil kuno, batu.. yang terdapat dalam lirik lagu kebangsaan Jepang Kimigayo dan patung seorang biksu yang menyebarkan hindu di Jepang.
Gunung Haguro sendiri dianggap suci bagi pengikut kepercayaan Shinto Jepang dan pengikut Shugendo, sebuah tradisi masyarakat Jepang kuno yang memuja gunung yang pelaksananya biasa dikenal sebagai yamabushi (orang-orang yang tinggal di pegunungan). Karena menjalankan kepercayaan mereka dengan sangat serius, mereka datang berziarah setiap tahun untuk menyembah dewa mereka.
Setelah dari gunung Haguro seluruh peserta kemudian diajak ke sebuah rumah makan yang biasa disinggahi oleh para peziarah kuil gunung Haguro. Di rumah makan ini para siswa Kunori mengikuti sebuah peribadatan guna penghapusan dosa dan pemberkatan keselamatan.
Dengan suasana bangunan rumah Jepang tradisonal yang berstruktur kayu makanan yang disajikan sangat istimewa. Makanan tersebut berupa menu yang biasa disajikan untuk para biksu.
Sebelum pulang ke rumah orang tua asuh seluruh peserta singgah di sebuah rumah tradisonal untuk mengikuti kelas mengukis lilin secara tradisonal.
Setelah mengikuti kelas melukis lilin rombongan kemudian kembali ke sekolah Kunori. Di sana para orang tua asuh telah menunggu para siswa dan mengajak mereka pulang ke rumah untuk tinggal bersama mereka.
“Saya tinggal bersama kakek tua seorang pembuat samurai. Di rumahnya terdapat sebuah rumah kuno Jepang yang di dalamnya terdapat banyak samurai. Saya diperkenankan membuka dan memegang samurai-samurai tersebut. Kakek dan keluarganya memperlakukan saya dengan hangat dan baik,” tutur Abyan salah satu peserta JSE dari MAN 4 Jakarta. (H5h)