Ibu Ma’Lufah, begitu orang-orang memanggilnya. Seorang guru PAI (Pendidikan Agama Islam) yang lahir di Pandeglang, Banten, 2 Juli 1964. Beliau menamatkan pendidikan pertamanya di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) dan lulus pada tahun 1977. Kemudian beliau melanjutkan Pendidikan ke MTs dan lulus pada tahun 1980. Setelah itu, beliau melanjutkan ke MA dan lulus pada tahun 1983. Seluruh Pendidikan dasar dan menengahnya tersebut beliau selesaikan di Pandeglang, Banten.

Saat remaja Ibu Ma’lufah termotivasi untuk bisa berkuliah di luar negeri tepatnya di Al Azhar Kairo, Mesir. Memiliki saudara dan kerabat dekat yang pernah belajar di Timur Tengah menjadi salah satu inspirasi Bu Ma’lufah semasa muda untuk mengikuti jejak yang sama. Beliau menganggap bahwa negeri yang terkenal akan piramida itu tempat yang sarat akan ilmu. Selain itu, sebagai salah satu universitas tertua di dunia, Al Azhar Mesir sarat akan budaya baik budaya kuno Islam hingga budaya modern.

Berangkat dari alasan-alasan tersebut, Ibu Ma’lufah semakin gigih memperjuangkan keinginannya untuk belajar sekaligus menambah pengalaman beliau ke luar negeri. Bu Ma’lufah mengerti bahwa untuk mencapai mimpi tersebut tidaklah mudah. Tentu banyak bekal yang harus dipersiapkan oleh beliau. Berkat kegigihan dan keinginan kuatnya akhirnya Ibu Ma’lufah berhasil berangkat ke Al-Azhar Kairo, Mesir dengan beasiswa dari Kemenag. Dua tahun kemudian, Ibu Ma’lufah juga mendapatkan beasiswa dari ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim). Beliau pun akhirnya berhasil menyandang gelar sarjana S-1nya di tahun 1993 dengan jurusan Dirasat Islamiyah.

Setelah selesai menimba ilmu di Negeri Piramida, Ibu Ma’lufah kembali ke tanah air dengan tujuan mengabdi di Sekolah Al Azhar Indonesia. Tepat setahun beliau mengabdi di Al-Azhar Indonesia, takdir Ilahi pun menuntunnya ke MAN 4 Jakarta. Tahun 2000 bertepatan dengan turunnya SK PNS beliau memulai karirnya sebagai guru PAI Di MAN 4 Jakarta. Sebagai guru PAI beliau mengampu beberapa Mapel, di antaranya Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Al-Qur’an Hadits, Ilmu Tafsir, dan Akidah Akhlak.

Diketahui, menjadi seorang guru memanglah cita-cita Bu Ma’lufah sejak kecil. Beliau mengaku bahwa profesi tersebut tidaklah dinilai dari besar atau kecilnya nominal gaji tetapi bagaimana caranya seorang guru bisa memberikan kualitas pembelajaran yang terbaik dari cara mengajarnya. Lebih dari itu, beberapa alasan yang membuat seorang Ibuu Ma’lufah memiliki tekad ingin menjadi guru adalah karena untuk meningkatkan wawasan, berperan penting bagi masa depan orang lain, memiliki jam kerja yang fleksibel, termasuk pekerjaan yang tidak monoton karena banyaknya kegiatan yang dilakukan dengan teman sejawat ataupun para murid, dan yang tak kalah penting dapat melatih kesabaran sekaligus menjadi hiburan untuk menyalurkan kecintaannya kepada anak-anak.

Tahun 2024, genap 24 tahun sudah Ibu Ma’lufah mengabdikan hidupnya di MAN 4 Jakarta. Tentu banyak suka dan duka yang sudah beliau lewati. Salah satu hal yang amat berkesan bagi beliau adalah ketika suasana liburan setelah lebaran Idulfitri, di mana MAN 4 Jakarta lazim hadir “Meja Berkah”. Meja Berkah merupakan istilah bagi salah satu meja yang digunakan para guru untuk menyajikan oleh-oleh mudik lebaran Idul Fitri. MAN 4 Jakarta yang note benenya berada di ibu kota meniscayakan hadirnya guru dari berbagai daerah, dan Meja Berkah menyatukan aneka sajian nusantara.

Kenangan lain yang membekas bagi beliau terjadi saat Madrasah melaksanakan program out door learning dan beliau tidak bisa ikut bergabung karena kondisi fisiknya yang saat itu tidak memungkinkan. Bayangan kebersamaan, kehangatan dan keceriaan keluarga besar MAN 4 Jakarta yang tidak mampu diikutinya menjadi alasan kesedihannya.

Selama di MAN 4 Jakarta, beliau merasakan bahagia yang luar biasa. Kekompakan guru-guru MAN 4 yang dibalut dengan rasa persaudaraan membuat tidak ada sekat sedikit pun. Beliau berharap, ke depannya civitas akademika MAN 4 Jakarta dapat selalu menjaga silaturahmi karena menurut beliau tidak ada yang namanya bekas guru ataupun mantan murid.

Semoga MAN 4 Jakarta bisa mencetak generasi unggul yang moderat, cerdas, shalih dan shalihah, serta berwawasan luas sesuai dengan visi-misi MAN 4 Jakarta, harapnya.
@journalistman4 / KJS