Oleh: Raliyanti ~
Tak ada yang menginginkan suatu musibah datang menghampiri. Tentunya tak ada pula orang yang mau mengalami kesusahan, kesedihan juga kesengsaraan. Setiap orang mendambakan kehidupan tanpa rintangan. Selalu berdoa untuk kebahagiaan dunia akhirat bersama orang-orang yang dikasihi. Namun jika musibah itu terjadi maka tak ada yang dapat untuk menghindar. Berbagai sikap muncul pada diri manusia dalam menghadapi ini. Ada yang meratap, mengeluh, sabar hingga berpasrah diri, diam dalam doa dan semakin mendekatkan diri pada Sang pencipta. Allah berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah SWT.” (Q.S. Al-Hadid:22)
Corona Virus Disease 19 atau yang lebih dikenal dengan nama virus Corona atau Covid-19 mulai mewabah di Indonesia pada maret 2020. Awal diketahui penyakit ini ada di Indonesia, yaitu dari terdeteksinya dua warga negara Indonesia yang terpapar virus ini. Mereka tertular dari warga Jepang yang terpapar namun baru terdeteksi penyakitnya ketika warga Jepang itu ke Malaysia. Setelah itu tak tahu bagaimana, tiba-tiba saja virus ini sudah menular ke siapa saja. Dari satu orang, dua orang kemudian bertambah banyak lagi yang terpapar hingga mencapai ribuan orang. Sungguh sangat cepat penularannya. Mengejutkan semua orang. Tentunya banyak yang belum siap menghadapi dan bingung menyikapi awal virus ini mewabah.
Virus ini sendiri berasal dari Kota Wuhan, Cina. Sejak akhir tahun 2019 masyarakat Wuhan berjuang melawan wabah ini. Banyak korban berjatuhan dan kota itu pun akhirnya di lock down. Semua aktivitas dibatasi dan warganya tidak diizinkan untuk keluar rumah. Pemerintah bersama tenaga kesehatan dengan sigap, bahu membahu menangani wabah yang melanda.
Begitu banyak berita simpang siur yang menceritakan asal muasal munculnya virus ini. Ada yang mengatakan bahwa virus ini berasal dari hewan kelelawar, dari kebocoran laboratorium hingga adanya konspirasi. Entah berita mana yang bisa dipercaya. Berita-berita tersebut beredar begitu saja dengan mudahnya di dunia maya. Membuat orang-orang semakin resah dan ketakutan. Namun satu hal yang pasti, virus ini nyata adanya. Dimana virus ini menyerang orang-orang yang lemah imunitas di tubuhnya.
Berita terpapar sembuh, terpapar pergi silih berganti terdengar. Sedih? Ya. Sangat sedih. Apalagi melihat orang-orang yang dikasihi dan orang-orang yang kita kenal juga ikut terpapar. Ada yang sembuh dan ada pula yang kembali ke ilahi. Benar-benar jahat sekali virus ini. Merenggut keceriaan orang-orang yang dikasihi. Menghancurkan segala harapan yang telah dirajut. Air mata pun sudah sulit mengalir. Hanya dapat berpasrah diri menjalani hari demi hari.
Kehadiran virus ini bukan hanya merenggut nyawa kehidupan. Namun upaya untuk kelangsungan hidup pun direnggut. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena putus hubungan kerja secara massal. Usaha yang meredup sehingga tak ada pemasukan keuangan. Perekonomian negara pun menjadi lesu.
Walaupun kini beberapa sektor perekonomian mulai menggeliat, namun duka masih belum hilang juga. Kesuraman hidup, hati dan perasaan masih dirasakan.
Sebagai ikhtiar untuk mengakhiri pandemi ini, Pemerintah sudah berkali-kali menerapkan pembatasan kegiatan pada masyarakat. Istilahnya pun berganti-ganti yang intinya merujuk pada pembatasan gerak masyarakat dalam melakukan kegiatan di luar rumah. Mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Transisi PSBB, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat, hingga PPKM empat level. Melarang masyarakat untuk mudik pada hari libur dan hari raya besar, pembatasan hingga pelarangan kegiatan di tempat-tempat ibadah.
Selain itu ada juga pemberlakuan aktivitas pekerjaan kantor. Di tempat-tempat kerja diberlakukan Work from Home (WFH) dan Work from Office (WFO). Dengan bergantian-gantian masuk kerja di lokasi kantor setiap harinya dan sebagiannya lagi bekerja dari rumah saja. Melaksanakan protokol kesehatan di tempat kerja dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.
Sedangkan pada sektor pendidikan, pembelajaran juga dilakukan dari rumah. Bisa melalui internet dengan menggunakan aplikasi e-learning atau media pembelajaran lain yang memangkas intensitas pertemuan langsung antara guru dengan siswa.
Pemerintah juga terus menghimbau masyarakat untuk menjalankan Protokol kesehatan. Memakai masker, Mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilitas dan interaksi, menjauhi kerumunan dan tak lupa juga untuk selalu memanjatkan do’a. Selain itu masyarakat juga diberikan vaksinasi untuk kesehatan.
Kedukaan dan kesuraman akibat pandemi memang masih dirasakan. Namun roda kehidupan terus berputar. Matahari masih terbit dari timur, ayam jantan masih berkokok ditiap pagi dan kicau burung masih bersenandung menyambut hari. Seperti biasanya, seperti tidak terjadi apa-apa. Seolah makhluk virus kecil itu seperti tak ada.
Namun pandemi telah membuat ritme kehidupan manusia berubah. Banyak hal yang terjadi pada manusia. Pandemi mengubah pandangan hidup, kecakapan dan kemampuan manusia. Baik dalam menjaga diri, menghibur diri dan meningkatkan kemampuan diri. Menjadikan dirinya menjadi manusia yang berkualitas. Dari kesuraman ada cahaya, di balik pandemi ada hikmah yang didapat.
Hikmah merupakan makna atau pelajaran. Apa pun yang terjadi pada diri manusia hendaknya manusia dapat memetik hikmahnya. Hikmah laksana cahaya yang memberikan penerangan pada pikiran. Membuat setiap orang dapat hidup dengan tenang bila dapat menariknya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa hikmah di balik pandemi yang bisa kita ambil, di antaranya:
1. Lebih Rajin Beribadah
Mungkin saat ini manusia harus semakin berpikir. Wabah yang melanda bagi seseorang yang beragama seharusnya menjadikannya semakin lebih dekat kepada sang pencipta. Menyadari bahwa betapa besarnya sang Khaliq. Bahwa Allah berkuasa atas hidup matinya makhluk ciptaanNya. Pandemi menyadarkan semua orang bahwa sebenarnya hidup matinya manusia itu tak berjarak. Manusia hanyalah makhluk yang lemah. Menyadarkan akan kesombongan yang pernah diagung-agungkan seolah manusia dapat menciptakan dan berbuat apa pun di dunia ini. Manusia menciptakan berbagai macam alat teknologi, segala urusan kehidupan menjadi semakin mudah. Namun mereka lupa bahwa akal pikiran yang digunakan untuk menciptakan alat tersebut sumbernya dari Allah Sang Pencipta. Kehadiran makhluk virus kecil merupakan suatu peringatan bahwa sebenarnya manusia masih belum bisa menyaingi sang pencipta. Virus Covid sudah membuat manusia di seluruh dunia tak berdaya.
Untuk itu, hikmah terbaiknya dalam diri manusia beragama adalah semakin giat beribadah, berdoa dan berbuat amal kebajikan. Beribadah dengan penuh ikhlas, mengingat kematian, menjadi lebih memiliki kepedulian dan empati terhadap orang lain. Membantu siapa pun yang kesusahan karena pada saat ini banyak orang yang sedang sangat memerlukan.
2. Menjaga Kebersihan
Sebelum pemerintah menganjurkan untuk menjalankan protokol kesehatan yang di antaranya mencuci tangan, di dalam islam sudah memerintahkan umatnya untuk rajin mencuci tangan. Terutama sebelum makan atau memegang sesuatu. Umat islam juga dianjurkan untuk bersuci dan berwudhu terutama pada saat akan sholat.
Kebersihan merupakan sebagian dari iman. Kebersihan merupakan kunci dari terhindarnya berbagai penyakit. Rajin mencuci tangan dengan air bersih dan mengalir dapat menghindarkan manusia dari terpaparnya kuman penyakit yang menempel di tangan. Untuk itu manusia semestinya harus mengutamakan menjaga kebersihan untuk diri dan lingkungan.
3. Menguasai Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK)
Menjaga jarak dan membatasi aktivitas sosial bukanlah suatu kesalahan bersosialisasi pada saat ini. Dengan terbatasnya aktivitas secara langsung bukan berarti tak dapat beraktivitas secara virtual. Pengalihan kegiatan secara virtual ini membuat orang harus menguasai alat teknologi, informasi dan komunikasi. Penggunaan komputer atau gawai dan aplikasinya menjadi syarat utama baik itu untuk bekerja, mengajar dan belajar. Dengan adanya pandemi ini mau tidak mau harus melek Informasi dan Teknologi (IT). Menjadi bisa karena keadaan yang memaksa.
4. Kesadaran Menuntut Ilmu
Setelah bekerja, kegabutan pun melanda. Pada masa pandemi ini banyak sekali kegiatan webinar-webinar yang diadakan. Ada yang berbayar ada pula yang gratis. Kesempatan mengikuti terbuka luas, tinggal dari pribadi orang tersebut apakah mau atau tidak mengupgrade diri.
Internet membuat seolah tak ada jarak lagi antara orang yang satu dengan yang lain di seluruh penjuru negeri. Berbagai macam kegiatan positif yang tersebar dapat diikuti. Belajar dan berbagi ilmu lebih mudah dan banyak manfaatnya. Seolah surganya ilmu pengetahuan tinggal dipetik.
5. Menjadi Guru Kreatif
Semakin dekat dengan IT semakin penasaran untuk mencoba berbagai aplikasi yang ada. Di antaranya aplikasi yang digandrungi generasi muda sekarang. Contohnya Youtube. Banyak pengguna baru Youtube yang muncul pada masa pandemi. Terutama dikalangan guru. Ada guru yang menjadi youtuber dadakan karena mengajar secara daring. Video pembelajaran yang telah dibuat diupload di aplikasi Youtube untuk memudahkan peserta didik dalam belajar.
Keinginan untuk memberikan pembelajaran normal di masa new normal ini mendorong banyak guru untuk lebih kreatif. Belajar aplikasi video untuk membuat materi pelajaran merupakan salah satu cara untuk mentransfer ilmu pengetahuan. Materi yang diberikan lebih mengena dan sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian dibagikan melalui aplikasi komunikasi, aplikasi youtube atau aplikasi apa saja yang memudahkan siswa untuk mengakses. Pandemi menjadikan guru semakin kreatif.
6. Bercocok tanam
Bercocok tanam juga menjadi pilihan kegiatan di masa pandemi. Tiba-tiba saja demam bercocok tanam melanda. Tak peduli di lahan luas atau di lahan sempit. Aktivitas ini mengisi hari-hari pada masa pandemi. Hingga saat ini semakin banyak yang peduli untuk menghijaukan lahan rumah mereka. Bahkan ada yang sudah panen dan merasakan hasil dari jerih payahnya bercocok tanam.
Di satu sisi, banyaknya minat dalam bercocok tanam membuat melonjaknya harga tanaman berikut kelengkapan media tanamnya. Membuat perekonomian di bidang ini menggeliat naik. Di saat pendapatan masyarakat mengalami penurunan, justru di bidang pertanaman ini para pedagang bertambah rezekinya.
Selain itu, dengan keharusan setiap orang untuk selalu berdiam diri di rumah dan melakukan kegiatan bercocok tanam, menyebabkan kurangnya polusi udara. Kurangnya aktivitas di luar rumah membuat udara menjadi lebih segar, sehat dan bersih.
Pandemi memang masih melanda penjuru negeri. Hingga saat ini masih belum dapat diprediksi kapan musibah ini akan berakhir. Segala kedukaan yang dirasakan semoga tidak menjadikan manusia frustasi dan berputus asa. Bersabar dalam menghadapi musibah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT merupakan jalan terbaik untuk kehidupan.
Ikhtiar yang telah dilakukan semoga juga akan berbuah manis. Kita masih berharap akan hadirnya obat untuk memberikan kesembuhan bagi mereka yang terpapar. Harapan yang lebih besar tentunya putusnya mata rantai penyebaran virus ini. Sehingga tak ada lagi orang yang terpapar dan dunia ini benar-benar bersih dari penyakit ini.
“Dan sungguh akan kami berikan ujian atau cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (Q.S. Al-Baqarah: 155)
Profil Penulis